Minggu, 16 November 2008

Mengapa Tuhan Memberi Ujian

Sebuah tembok terdiri dari dua hal, batu bata dan semen. Tanpa keduanya, tidak ada benda yang bernama tembok. Besar atau kecil, batu bata yang tidak disemen, tidak akan menjadi tembok yang kokoh. Dan apalah artinya tembok tanpa kekohan.

Hal yang sama juga terdapat dalam hidup kita. Hidup kita terdiri atas waktu dan alas an untuk hidup. Adalah sia-sia bila kita menyusun hidup kita jam demi jam, hari demi hari, bulan demi bulan dan tahun demi tahun tanpa menyadari alas an kita hidup. Sama seperti tembok yang terbuat dari batu bata yang tidak disemen. Mudah goyah.

Itu adalah dua paragraf catatan yang ditulis dalam Motivasi Net KeeBoo. Permasalahannya adalah bagaimana agar kita mampu berdiri kokoh, memiliki integritas, idealisme dan jati diri?

Tidaklah dikatakan tembok kokoh manakala belum pernah diterjang banjir. Tidaklah dikatakan memiliki integritas manakala belum pernah diuji kejujurannya. Tidak pula dikatakan memiliki idealisme manakala belum diuji di lapangan. Dan kitapun dikatakan tidak memiliki jati diri, manakala kita terbawa arus lingkungan yang tidak sesuai dengan hati nurani kita.

Orang yang selalu mengkritik pejabat tentang kinerjanya, tapi dia sendiri belum pernah menjadi pejabat, orang ini akan terlihat konsisten dengan idealismenya atau tidak.

Orang yang selalu memberi nasihat kepada orang lain, tapi dia sendiri belum pernah menerima kesulitan, orang ini akan terlihat betul ketika dia menghadapi cobaan dan kesulitan.

Orang yang selalu jujur manakala kondisi normal tapi kemudian membebek saat keadaan terjepit, maka dialah orang yang tidak memiliki jati diri.

Idealisme, integritas, jati diri memang harus diuji. Di situlah kita tahu, mengapa Tuhan memberikan ujian kepada kita. Agar kita sadar tentang watak kita yang sesungguhnya.