Senin, 20 April 2009

Sertifikat Menjadi Tidak Lagi Penting

Judul ini saya ambil dari salah seorang motivator kenamaan, Krsihnamurti. Beliau menulis catatannya tentang hal ini di http://portalnlp.com juga dalam bukunya Share the Key yang merupakan salinan dari tulisan-tulisan beliau. Selengkapnya, tulisan beliau sebagai berikut......

Paling tidak buat bisnis training saya. Pasar akan menilai karya saya, bukan lagi sertifikat saya. Pengalaman selama tahun ini mengatakan bahwa pasar melihat karya nyata yang dicetak di lapangan adalah sertifikat yang sudah teruji dibanding sertifikat yang sudah dicetak di atas sehelai kertas. Sertifikat karya nyata lebih mahal nilainya.

Kita belajar dari kehidupan bahwa ijazah sekolah tidaklah menjadi jaminan keberhasilan kita di kehidupan ini. Ironis sekali bila kita sebagai trainer justru melabelkan diri dengan berbagai titel di depan dan di belakang nama kita yang memberikan kesan bahwa AKU ADALAH ORANG PINTAR. (Padahal untuk saat ini untuk menjadi orang pintar sangatlah murah. Anda hanya perlu minum TOLAK ANGIN saja, maka anda sudah mendapat gelar ORANG PINTAR, he..he..)

Untuk itulah, semua sertifikat yang saya peroleh selalu saya hanyutkan ke laut, untuk dipersembahkan lagi kepada sang pemilik dunia. Aku hanyalah alat Mu. Sertifikat hanyalah membuatku terbeban berat dan sering sekali terpeleset menjadi sombong. Jika Engkau masih mempercayaiku, maka aku percaya bahwa Engkaulah yang akan menjadi sertifikatku.


Itu adalah rangkaian kalimat Beliau yang ditulis dalam buku Key the Share. Kita boleh sepakat, boleh juga tidak. Tapi rangkaian kalimat Beliau dapat menjadi bahan pemikiran bagi kita para perawat, agar tidak memandang sebelah mata terhadap rekan-rekan kita yang telah memberikan sumbang sihnya kepada profesi ini, walaupun mereka tidak menyandang gelar Ners di belakang namanya.

Sabtu, 18 April 2009

Pendidikan Formal Identik dengan Kompetensi?

Tidak mudah memang untuk menjadi dewasa. Butuh waktu, butuh proses dan pasti butuh perjuangan. Seleksi alam telah mengajarkan kepada kita, bagaimana sampai hari ini kita masih bisa survive menjadi manusia. Dari sebuah sel telur dan zygot, membentuk ovum, sampai menjadi janin, lahir sebagai bayi mungil, anak-anak sampai kemudian dewasa seperti sekarang ini adalah sebuah bukti seleksi alam yang luar biasa. Dan kita mampu menghadapinya.

Kalau saja zygot kecil kita dulu kalah dalam bersaing, tentulah kita tidak akan terlahir. Kalau saja janin mungil dulu kita tidak mampu bertahan dalam rahim, tentulah hari ini kita tidak ada di sini. Kalau saja saat bayi waktu itu kita tidak kuat menahan berbagai serangan penyakit, tentu kita juga tidak ada saat ini.

Waktu, proses dan perjuangan panjang telah menghasilkan fenomena fisik diri kita menjadi dewasa. Tapi apakah kedewasaan fisik kita itu serta merta diikuti oleh kedewasaan emosi, kedewasaan pikiran dan kedewasaan spiritual kita? Ternyata tidak.

Orang yang memiliki kedewasaan fisik tidak serta merta emosi, pikiran dan spiritualnya dewasa. Ketiga hal inipun ternyata membutuhkan waktu, proses dan perjuangan yang cukup untuk dapat meraihnya.

Pendidikan formal saat ini, lebih mengedepankan hanya pada aspek fisik dan pikiran (intelektual). Kelulusan dilihat dari seberapa Indek Prestasi yang diraih. Sehingga banyak orang dengan aspek intelektual yang bagus tapi gagal dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Akibatnya kesuksesanpun sulit untuk didapat.

Walaupun dunia pendidikan saat ini sudah mulai memperhatikan soft skill bagi para anak didiknya, tapi pada kenyataannya, soft skill hanya sebagi bekal saja bagi anak didik, bukan sebagai alat ukur yang dapat mempengaruhi Indek Prestasi.

Efek berikutnya, masyarakatpun banyak yang hanya sekedar melihat ijazah yang dikantongi oleh seseorang, tanpa mau melihat kompetensi yang dimiliki seseorang. Tidak terkecuali di DUNIA PERAWATAN. Maka patut untuk dikaji, apakah pendidikan formal identik dengan kompetensi?

Minggu, 12 April 2009

Keputusan Teknologi Real Count Diambil Tanpa Tim Ahli?

detic.com
Pilihan teknologi untuk tabulasi nasional Pemilu 2009 atau real count patut dipertanyakan. Ada indikasi, keputusan untuk menggunakan teknologi ini diambil saat KPU mengalami kevakuman tenaga ahli IT.
ADVERTISEMENT

KPU membentuk tim ahli IT untuk keperluan Pemilu 2009 pada tanggal 10 Desember 2008. Tim yang dikepalai oleh Bambang Edi Leksono dan beranggotakan 7 orang itu melaporkan hasil kerja mereka 14 Januari 2009.

Tanggal 1 Februari, dua pimpinan tim ini, yakni Ketua Bambang Edi Leksono dan Sekretaris Hemat Dwi Nuryanto, tidak lagi dipekerjakan. Padahal 2 orang inilah yang paling berperan dalam pembahasan mengenai persiapan sistem informasi Pemilu 2009.

Dan perlu dicatat, tim ini tidak merekomendasikan penggunaan teknologi Intelligent Character Recognition (ICR) yang sekarang dipakai. "Kami tidak pernah merekomendasikan penggunaan teknologi ICR," ujar mantan Sekretaris Tim Teknis TI KPU Hemat Dwi Nuryanto kepada detikcom, Minggu (12/4/2009) malam.

Usai tim ini menyerahkan laporannya ke KPU, laporan yang menurut Hemat tidak pernah diindahkan, KPU mengadakan kerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Namun anehnya, pihak BPPT pun mengaku tidak turut serta dalam proses pengambilan kebijakan menyangkut penggunaan teknologi untuk tabulasi ini.

"Ketika kami masuk sistem sudah setengah jalan, seperti pengadaan barang dan spesifikasinya sudah diputuskan," aku Kepala BPPT Marzan A Iskandar saat diwawancarai beberapa waktu lalu.

Seperti telah diberitakan, BPPT menandatangani MoU dengan KPU pada tanggal 12 Maret 2009. Jika BPPT tidak berperan dalam pengambilan keputusan menyangkut penggunaan teknologi tabulasi, sedangkan tim TI KPU sebelumnya juga tidak, lantas atas saran siapa KPU memutuskannya?


Saya sebagai orang yang perhatian terhadap IT jadi heran. Bahkan saya sempat ngomong ke orang dekat saya kemarin sebelum berita ini dimuat, "KPU itu memang belum pantes kok menggunakan Teknologi Informasi, kecuali hanya gagah-gagahan dan menghabiskan anggaran."

Rabu, 08 April 2009

Hak Perawat dan Orang Sakit yang Terabaikan

Pemilu tinggal satu malam nanti. Besok penentuan nasib Bangsa ini melalui pemihan langsung anggota legislatif. Hiruk pikuk persiapan pemilu sudah dimulai satu tahun yang lalu. Tapi hari ini saya dan beberapa teman yang pedui terhadap agenda lima tahunan itu menjadi kecewa. Bagaimana tidak?

Lima tahun yang lalu teman-teman saya menjadi relawan di rumah sakit untuk membantu KPPS karena di rumah sakit ada TPS khusus yang diperuntukan bagi para pasien dan teman-teman perawat yang saat itu jaga pagi.

Mengapa saya katakan mereka menjadi relawan? Karena 3 hari sebelum hari pemilihan, mereka sudah mulai bekerja mendaftar para perawat yang akan memberikan suaranya melalui TPS rumah sakit, juga mendata para pasien yang diperkirakan pada hari H memberikan suaranya di TPS khusus rumah sakit. Kemudian pada hari H, mereka berkeliling ke seluruh ruang perawatan dengan membawa bilik suara, kotak suara dan kartu suara serta perlengkapan yang lain untuk melayani pasien-pasien yang sedang dirawat. Pernahkan kondisi itu terbayangkan oleh para pejabat KPU atau para anggota legislatif yang menyusun undang-undang pemilu?

Saya meyakini tidak. Karena yang terjadi saat ini, setidaknya di rumah sakit saya dan mungkin juga rumah sakit lain, TPS khusus untuk orang sakit dan para perawat yang notabene saat itu sedang merawat mereka yang sakit, sudah ditiadakan. Para perawat dan pasien disuruh untuk memberikan suaranya di TPS terdekat. Padahal kita tahu, TPS terdekat hanya menyediakan sisa kartu suara 2%, yang kata teman-teman saya para anggota TPS, diperkirakan hanya sekitar 5 - 8 kartu.

Apa artinya? Teman saya perawat yang jaga pagi besok sekitar 50 perawat dan pasien yang dirawat sekitar 300 orang, mereka diprediksi akan GOLPUT alias tidak bisa memberikan hak suaranya. Teman-teman saya untuk pulang ke TPS di rumah terlalu jauh, sementara TPS sekitar, kartu suaranya terbatas.

Sedangkan pasien, lebih tragis lagi. Tidak ada kesempatan sama sekali untuk memberikan suaranya, karena jangankan untuk berjalan, untuk duduk saja mereka banyak yang kelelahan. Dan sangat tidak etis ketika seorang pasien atas nama kepedulian terhadap masa depan bangsa, mereka harus didorong pakai brankard atau kursi roda dengan tangan diinfus, didorong melewati jalanan umum yang becek dan berdebu, ditambah dengan hiruk pikuknya jalan raya.

Akhirnya...bersama ratusan perawat yang lain di seluruh Indonesia dan ribuan pasien yang lain di seluruh Indonesia, mereka harus merelakan hak mereka "tidak mendapat kesempatan untuk memilih". Karena saya juga tidak yakin, bahwa TPS terdekat akan mau berkeliling ke rumah sakit sambil mengedarkan bilik dan kotak suara.

Kamis, 26 Maret 2009

Solidaritas Perempuan akan Umumkan Caleg yang Berpoligami

detik.com, 26 Maret 2009

Solidaritas perempuan Indonesia akan mengumumkan caleg yang berpoligami. Mereka pun menolak para caleg tersebut. Alasannya, kaum hawa menginginkan wakil rakyat yang memiliki perspektif perempuan.

"Kita prihatin, mereka tidak terang-terangan. Kalau mereka melakukan poligami harus diberitahukan kepada masyarakat. Sebagai masyarakat pemilih, kita ingin tidak mereka menyembunyikan track recordnya," jelas koordinator solidaritas perempuan Indonesia, Yeni Rosa Damayanti saat berbincang melalui telepon, Kamis (26/3/2009).

Yeni mengaku memiliki daftar caleg yang berpoligami dan jumlahnya mencapai puluhan. Rencananya daftar ini akan diumumkan pada Jumat 27 Maret 2009, di Gedung YLBHI, Jl Diponegoro, Jakarta.

Akan hadir dalam acara itu sejumlah artis antara lain Trie Utami, Ria Irawan, dan Nia Dinata. "Ini kepentingan politik kaum perempuan. Terserah pada masyarakat mau memilih atau tidak. Tapi yang penting perempuan jangan diremehkan," jelasnya.

Membaca berita itu, saya bertanya-tanya. Apa sebenarnya tujuan mereka mengadakan acara begituan. Cari popularitas, cari sensasi, atau ada pesanan dari partai tertentu untuk menjatuhkan salah satu atau salah dua partai peserta pemilu yang calegnya pada poligami?

Kalau bener-bener ingin solider terhadap perempuan, kalau bener-bener ingin memilih orang yang baik track recordnya, mengapa tidak mengumumkan saja caleg yang suka mesum, caleg yang selingkuh, caleg yang koruptor, caleg yang seneng mabok, caleg yang tidak spakat dengan pornografi dan sejenisnya?

Bukan karena saya membela laki-laki yang berpoligami, bukan pula karena saya simpatisan partai yang calegnya ada yang berpoligami. Tapi mengapa kita tidak bisa adil, memandang sesuatu secara utuh?

Saya curiga Yeni Rosa Damayanti sebagai koordinator aksi itu, melihat poligami hanya dari sudut pandang emosi dia sendiri, atau mendapat pesanan dari kepentingan kelompok tertentu. Pernahkah dia berbincang-bincang atau berdiskusi dengan istri para caleg yang berpoligami itu, toh dia memiliki daftarnya. Apakah benar kondisi para istri sholihah itu tidak bahagia seperti yang ada di benak Yeni? Atau justru Yeni malah iri terhadap para wanita sholihah itu, karena mereka jauh lebih bahagia dibanding dia?

Lagi pula, apa hubungan poligami dengan kepentingan politik perempuan? Sejak kapan dengan poligami perempuan diremehkan? Sekali lagi.... mengapa bukan mereka yang SELINGKUH yang diumumkan? Bukankah justru merekalah yang meremehkan perempuan?

Minggu, 22 Maret 2009

The Next Nursing Generation

Kalau boleh dibilang, saat ini ada loose generation di perawatan banyumas. Bukan karena tidak ada orang, tapi mungkin lebih karena rasa pekewuh dengan yang senior. Dan akibat dari itu, komunitas perawat yang bergabung dalam barisan fungsional, masih belum mau/enggan untuk mengambil alih kepemimpinan komunitas yang berlabel komunitas manusia pembelajar.

Hari Minggu yang cerah kemarin, ternyata ada kalimat ahaaa yang keluar dari mulut temen-temen perawat yang lagi jalan-jalan ke Yogya. Ide untuk mendirikan komunitas baru sebagai generasi penerus perawat berikutnya. Maka disepakati, buat kelompok baru, yang kemudian mereka menyebutnya "The Next Generation of Nursing". Mereka pun membuat branding baru "Comunity Nursing Improvement".

Selamat...saya ucapkan dalam hati waktu itu. Semangat yang aku miliki mudah-mudahan benar benar telah menular kepada mereka, generasi baru dengan harapan dan idealisme baru.

Banyak yang bisa dilakukan. Kalau saat saat yang lalu kami telah menelorkan tentang Desain Jasa Perawat, ADART Komite, Spiritual Journey, Spirits Corner, MAKSI Training, Home Care, Nyantrik dlm Bimbingan Klinik dan sederetan kerja yang lain, maka generasi ini musti mampu melakukan dan menelorkan banyak hal untuk pembaharuan perawat. beberapa saran yang kami berikan antara lain, lakukan Penelitian Klinis untuk menghasilkan Evidance Base Practice Nursing dan Perbanyak Pelatihan Klinis untuk menghasilkan kompetensi perawat pada posisi advance.

Semoga The Next Generation of Nursing Banyumas Hospital, merupakan icon baru untuk pembaharuan perawat di Banyumas.

Jumat, 20 Maret 2009

Spiritual Journey

Dikisahkan.....

Pada suatu hari, Ali seorang anak kelas 5 SD, sepulang dari sekolahnya dia tidak langsung pulang ke rumahnya di sebuah panti asuhan bersama 2 orang adiknya. Adiknya yang besar baru kelas 3 SD seorang laki-laki, dan adiknya yang kedua baru duduk di taman kanak-kanak.

Setelah bel pulang sekolah berbunyi, dia berjalan menuju ke pekuburan yang jaraknya cukup jauh, sekitar 2 km dari sekolah itu. Di sebuah pekuburan masal, Ali duduk di depan dua buah pusara....... yaitu pusara ayah dan pusara ibunya.

Dibersihkannya pusara ibunya, air matanya meleleh....
"Ibu....Ali lelah Ibu............ Ali capek............setiap pagi, Ali harus memandikan adik. Ali juga harus mencuci baju adik. Setelah itu, Ali juga harus menyeterika baju. Ali lelah Ibu. Bangun Ibu..............."

Tangisannya meledak, air matanya bercucuran. "Bangun Ibuu....siang ini Ali juga belum makan Ibu. Kapan Ibu akan bangun bersama kami lagi Ibu...."

Setelh dari pusara Ibunya, Ali pindah ke pusara bapaknya.

"Bapak....sepatu Ali sudah rusak Bapak. Tas Ali sudah robek. Teman-teman dibelikan sepatu baru. Teman-teman dibelikan tas baru. Tak ada yang membelikan tas Ali, Bangun Bapak. Adik-adik juga sepatunya telah sobek. Baju adik juga sudah kusam. Bangun Bapak......"

Saudara-saudara sekalian....bayangkan.....bayangkan...kalau Ali yang baru kelas 5 SD itu adalah anak kita. Anak kita yang sangat kita cintai. Menangis di atas pusara kita, meratap di atas pusara kita......

Sementara....kita terbujur kaku melihat anak kita meratap, tak mampu berbuat apapun karena kita telah berada di liang lahat.

Tapi tidak.....
Hari ini....kita masih bisa membelai rambut anak kita. Hari ini kita masih bisa menyuapi anak kita. Hari ini kita juga masih bisa bermain dan bercanda dengan anak kita.

Saat pagi hari, saat kita belum beraktifitas di kantor....kita masih sempet memandikan anak kita. Sore hari, saat kita belum berangkat tidur, kita juga masih sempat bercerita kepada anak kita mengentar mereka tidur.

Betapa Tuhan ternyata masih sangat sayang kepada kita. Betapa Tuhan masih memberikan karunia yang sangat besar kepada kita. Tuhan masih memberikan kesempatan yang banyak kepada kita untuk mencintai anak-anak kita. Menyayangi dan mengasihi mereka.

Betapa Tuhan telah memberikan kita nikmat yang sangat besar dengan kehadiran anak-anak kita yang lucu, yang riang dan gembira.

Tapi saudara-saudara sekalian.....
Apa yang kita lakukan saat anak-anak kita mencari perhatian kita? Apa yang dilakukan oleh kita saat anak-anak kita membuat ulah kepada kita?

Betapa mudahnya tangan kita menjewer mereka? Betapa ringannya tangan kita menjiwit mereka. Betapa gampangnya tangan kita memukul mereka, menyakiti mereka. Dan mulut kita pun ikut-ikutan berteriak, membentak, memarahi mereka...............

Saudaraku......
Manakah rasa syukur kita kepada Tuhan atas karunia yang banyak itu? Manakah terimakasih kita kepada Tuhan atas limpahan nikmat yeng telah Dia berikan kepada kita? Karena kesesalan kita, karena kelelahan kita, karena emosi kita..................betapa kita menjadi orang yang mudah lupa menyia-nyiakan anugerah dan titipan yang diberikan kepada kita.

Maka saudaraku....
Mulai saat ini dan seterusnya, marilah kita bertaubat kepada Tuhan, beristighfar dengan istighfar sebanyak-banyaknya, sehingga kita selalu terlindung dari gangguan syaitan yang senantiasa berusaha menyesatkan kita.

Astaghfirrulloohal 'adziiim..........

Rabu, 18 Maret 2009

Manajemen Issue untuk Perbaikan

Hari ini betapa rasa syukur kepada Tuhan YME pantas sekali untuk aku lantunkan. Batapa tidak, dua bulan yang lalu saat pertama Launching Kamis Ilmiah, peserta yang hadir tidak pernah lebih dari 30 orang. Walaupun materi-materi yang disampaikan cukup menarik dan publikasipun dilakukan dengan baik, tapi respon temen-temen perawat pelaksana masih rendah.

Berbagai upaya pun dilakukan, sosialisasi secara terus menerus, publikasi melalui buletin juga dilakukan. Sepekan yang lalu, ada kenaikan yang cukup signifikan, peserta sudah mencapai 70 perawat pelaksana. Tapi rasanya belum puas bila belum mencapai 100 orang.

Hitungannya adalah sebagai berikut : 30 orang dari yang shift malam, 30 orang yang shift sore dan 30 orang shift pagi. Ditambah dengan Panitia Peningkatan Mutu Asuhan Keperawatan sebagai Event Organizernya, maka kira-kira 100 orang bisa dicapai. Inipun sudah minus mereka yang sedang libur.

Dan Kamis Ilmiah hari ini, angka itu alhamdulillah telah tercapai. Pertemuan ilmiah perawat yang diadakan setiap hari Kamis telah mencapai 125 orang. Mereka yang jaga malam, jaga sore bahkan mereka yang libur pun ikut pertemuan tersebut. Terimakasih Ya Tuhan, Engkau telah menumbuhkan ghiroh/semangat dalam hati mereka untuk belajar dan belajar terus.

Tidak serta merta memang mereka hadir. Di samping publikasi yang terus menerus, materi-materi yang menarik dari berbagai profesi, tapi juga memang ada target tertentu yang sengaja kita gulirkan untuk dijadikan sebagai issue.

Issue yang kita gulirkan adalah tentang Uji Kompetensi Perawat dengan Work Place Assesment. Didahului oleh Badan Kepegawaian Daerah yang telah menerapkan sertifikasi dalam memberikan tunjangan fungsional kepada perawat, issue ini menjadi sesuatu yang cukup mendapat perhatian. Karena lewat Kamis Ilmiah inilah temen-temen perawat dipaksa untuk meng-upgrade ilmunya, sehingga aktifitas keperawatan di ruangan tidak sampai menjadi rutinitas tanpa makna dalam memberikan perawatan kepada pasien.

Manajemen issue, ternyata efektif untuk mengawali perubahan ke arah perbaikan.

Rabu, 11 Maret 2009

Mendagri: PNS Boleh Ikut Kampanye Asal Jangan Pakai Seragam

sumber detik.com

Baju PNS warna coklat 'diharamkan' dipakai saat pesta demokrasi. Mendagri berpesan agar PNS yang ikut kampanye tidak mengenakan baju seragam sebab takut dikira ada yang memobilisasi.

"Baju kita itu coklat, kalau berkelompok-kelompok langsung kelihatan. Sebagai PNS, boleh saja kita ikutan kampanye. Tetapi sendiri saja. Jangan pakai baju PNS ramai-ramai di tempat yang sama. Nanti dikira ada yang memobilisasi," kata Mendagri Mardiyanto.

Hal ini disampaikan dia saat memberikan pembekalan kepada Panwaslu, KPUD, Pemda se-Indonesia, di Balai Samudera, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Kamis (12/3/2009).

Secara pribadi, kata Mardiyanto, PNS punya hak politik. Mardiyanto meminta agar PNS tidak terjebak politik praktis.

"Jadi PNS itu berat ya. PNS juga tidak dilarang kampanye asalkan secara pribadi. Maka gunakan baju dengan sebaik-baiknya karena sosial kontrol sangat tinggi," ujarnya.

Dikatakan dia, PNS sebaiknya tidak perlu terbawa dengan suasana dari masyarakat yang hendak memboikot pemilu. "Kita jangan terpengaruh. Kita lawan dengan jernih," kata Mardiyanto.

Kamis, 05 Maret 2009

Toh Tuhan Maha Adil

Ini adalah kisah di Rumah Sakit Internasional, di negeri Antah Barantah. Di rumah sakit itu, terdapat Direktur, empat Wadir, masing-masing Wadir ada dua Bidang. Kaena menerapkan prinsip miskin struktur kaya fungsi, maka eselon empat ditiadakan. Setelah eselon tiga, dibawahnya langsung Pejabat Fungsional.
Penerapan kaya fungsi atau lebih keren dengan istilah Lintas Fungsi, mengakibatkan penyelesaian segala masalah di rumah sakit itu diselesaikan secara "gropyokan". Tanggug jawabnya siapa harus menyelesaikan apa, tidak jelas. Tapi dengan sistem ini, diyakini banyak masalah bisa diselesaikan dengan baik, karena orang dibiarkan untuk hidup bebas, saling membantu dan tolong menolong.
Itu pula yang kemudian, tidak terlihat lagi "mana orang yang memiliki kompetensi dan tidak memiliki kompetensi". Bahkan kalau bisa memanfaatkan orang yang aktif dan produktif, seseorang yang kebetulan memiliki jabatan tinggi, bisa hanya cukup tanda tangan dan membuat laporan terhadap suatu kegiatan, tanpa harus repot-repot turun ke lapangan, mencari solusi, membimbing, memotivasi, menggerakan apalagi mengevaluasi.
Cukup duduk di belakang meja, dan prestrasi........ "lihat saja dari laporan saya!"
Walau begitu, toh Tuhan Maha Adil.........
Pada suatu hari, rumah sakit itu menghadapi masalah yang cukup serius. Semua orang tahu, bahwa masalah yang dihadapi oleh manajemen rumah sakit itu adalah tanggung jawabnya salah satu Wadir di rumah sakit itu. Tapi karena kebiasaan "yang penting tanda tangan," maka ketika menghadapi masalah yang cukup serius itu yang semua orang sebenarnya bisa menunjuk hidung Sang Wadir, maka dengan sigapnya.....hidungnya disimpan. Dan mulailah dengan model lama.....siapa yang salah? dijawab serempak "PERAWAT"

Senin, 09 Februari 2009

Rasionalitas: Kasus Rumor McD

Re-Code: Renald Kasali, PhD

Sore hari di tahun 1970-an, seorang penjaga kedai di McDonald mengeluh pada atasannya. Tak seperti biasanya, hari itu kedai McD tampak sepi. Tak ada antrean dan suara anak-anak. Mereka saling bertanya dan manajerpun mulai curiga. Esok paginya orang-orang yang bekerja di sana mulai merasa lebih jelas. Ternyata yang mulai sepi dikunjungi konsumen bukan hanya satu kedai itu saja, melainkan juga kedai-kedai McD lainnya di kota itu.

Sekarang jelas, ada sebuah rumor yang beredar di kota itu yang mengatakan bahwa McD memakai daging cacing, bukan daging sapi. Warnanya sama-sama merah. Hari itu, rumor itu beredar cukup kuat, dan orang-orang yang mendengar beritu itu telah menyampaikan kepada empat sampai delapan orang lainnya. Orang-orang yang mendengar berita itu tiba-tiba menjadi enggan ke McD. Mereka kaget. Seperti orang yang terkena kecelakaan, mereka bengong.

Percayakah masyarakat Amerika terhadap berita itu?
“Saya cuma terkejut,” ucap seorang warga.
Yang lainnya mengatakan begini,”Kayaknya tidak mungkin ya McD memakai daging cacing.”
McDonald bertindak cepat. Di Amerika Serikat orang sangat percaya kepada Badan POM (Pengawas Obat dan Makanan) mereka yang sangat credible yaitu FDA (Food and Drug Administration). FDA dikenal sangat ketat dan mempunyai peneliti-peneliti yang andal serta tidak dapat dibeli. Tak lama setelah itu McDonald’s pun menyebarkan pemflet yang dipasang di kaca-kaca jendela kedai-kedainya. Tulisannya: 100% Pure Beef. Di bawahnya tertera nama endosernya, yaitu FDA.

Amerika memang memiliki kontek yang berbeda dengan kita. Masyarakatnya sangat rasional. Bila ada sebuah informasi yang meragukan, mereka akan kembali akan berfikir, bukan kembali kepada mitos atau stigma seperti kita di sini. Seorang yang melihat pohon pisang mengeluarkan jantung dua buah bukan mencari penjelasan ilmiahnya, melainkan mencari jawaban dari mimpi atau firasat yaitu apakah ini berkah atau pertanda buruk?

Demikian pula bila mendengar gossip atau rumor, orang tidak segera merasionalisasikannya, melainkan menatapnya secara emosional dan penuh curiga. Stigma dan prasangka buruk selalu di kedepankan, orang susah untuk melihat secara rasional dan apa adanya.

Mari kita kembali ke Amerika Serikat yang konteknya berbeda dengan kita itu. Berhasilkan upaya yang mereka lakukan dengan pendekatan rasional? Benar! Mereka berhasil. Terbukti, orang-orang yang ditanya selalu menjawab: “FDA sudah memberi jawaban, dagingnya 100% sapi.” Apakah saudara percaya pada rumor itu? ”Tidak! Mana mungkin daging cacing dipakai oleh perusahaan yang bereputasi tinggi. Lagi pula harga daging cacing lebih mahal daripada daging sapi.”

Minggu, 08 Februari 2009

Pembunuhan Karakter

Niat baik dengan cara yang baik seharusnya tidak akan menjadikan sebuah masalah, seandainya pikiran positif kita yang dikedepankan. Tapi terkadang fakta di lapangan berbicara lain.
Special point of interest Balance bulan yang lalu menampilkan agenda besar perawatan, yaitu Raker Keperawatan yang diikuti hampir 50 orang, bertempat di Wisma Palawi Baturaden. Agenda pun sudah jelas, menyusun Prosedur Tetap Keperawatan yang jumlahnya sangat banyak. Koordinasipun telah dilakukan baik kepada Bidang, Wadir maupun Direktur.
Dan Alhamdulillah, sesuatu yang sangat luar biasa ketika raker itu ternyata selain telah menghasilkan Standar Operating Procedure (SOP) baru sebanyak 140 SOP, tapi juga telah memunculkan ruh baru keperawatan berupa semangat baru, self motivation, kekompakan dan persaudaraan yang kuat.
Tapi bukan sebuah organisasi kalau tidak ada komentar negative. Dengarkan komentar-komentar berikut :
“Perawatan mau lari sendiri, mau maju sendiri apa?”
“Bagaimana sih Kasie Perawatan? Tidak ada Bidangnya malah melakukan kegiatan macam-macam?”
“Kesempatan nih bagi dia untuk mencari muka mumpung tidak ada Kepala Bidang.” dan lain-lain komentar yang cukup panas apabila kita tanggapi.
Tapi biarlah kalimat-kalimat itu berlalu. Toh semua sudah berjalan, dan kita sudah merasakan hasilnya walaupun belum seberapa.
Ada catatan yang disampaikan oleh Renald Kasali, PhD dalam sebuah bukunya Re Code, Beliau menyampaikan sebagai berikut, “Dalam prakteknya, para pendukung perubahan yang memiliki kepemimpinan kuat, biasanya akan menghadapi rangkaian serangan dari kelompok yang tidak mau berubah (the status quo). Yang mereka sebarkan adalah rumor atau gossip yang sifatnya membunuh karakter (character assassination) calon pemimpin itu. Serangan juga akan datang dari para pemimpin yang posisinya terancam dan perannya memudar.”
Lebih jauh Belau menyampaikan, “dalam setiap era transformasi, rumor yang faktanya keliru akan banyak sekali ditemui di lapangan. Adalah biasa sekali, seorang yang berprestasi di bunuh karakternya dan dicarikan cara agar dia dijauhi atasannya, dikucilkan, atau tidak diberi ruang gerak yang bebas untuk berkreasi. Pembunuhan karakter biasanya dilakukan oleh para pengecut yang tidak percaya diri.”
Kata-kata “provokator, memanfaatkan kelompok, ambisius, arogan, sombong, idealis dan lain-lain adalah kata-kata yang masuk dalam kategori pembunuhan karakter itu.
Memang hari ini kami sedang melakukan perubahan. Banyak yang musti dibenahi dari organisasi. Banyak yang harus diperbaiki dalam corporate. Dan satu hal, kita sedang memperbaiki Performa Keperawatan kita. Pelan tapi pasti, perubahan itu akan terjadi, dan bersiaplah kita sebagai profesi yang mandiri dan dihargai.
Maka mengutip kalimat yang disampaikan oleh Renald Kasali di atas, rumor, gossip. Issue bahkan fitnah sangat mungkin akan kita dapatkan di lapangan. Membuat label negative terhadap pembaharuan atau aktornya adalah hal yang mudah dilakukan.
Di sini, saran yang disampaikan oleh Beliau adalah bahwa, organisasi harus mendukung perubahan itu dengan menciptakan iklim organisasi yang sehat, terbuka dan menumbuhkan self convidence orang-orangnya.
Maka di sinilah peran kita semua untuk saling bau membau, saling mendukung, saling menguatkan dan saling melindungi. Tidak sebagai oportunis yang hanya berpihak kepada sesuatu yang hanya menguntungkan dirinya sendiri. Saat enak ramai-ramai untuk berebut di posisi terdepan, tapi saat sulit, semua mengundurkan diri karena tak mau mengambil risiko.

Jumat, 02 Januari 2009

Rasa Memiliki Kelompok dapat Memotivasi

Ini adalah salah satu hukum motivasi yang ditulis dalam buku Motivate to Win karya Richard Denny. Hukum ini menekankan pentingnya orang mempunyai perasaan memiliki. Semakin kecil unit kerja tempat mereka berada, akan semakin besar loyalitas, motivasi maupun upaya mereka.

Mari kita perluas pembahasan kita. Apa yang menyebabkan emosi lebih besar para supporter sepak bola, apakah itu karena pertandingan final atau karena team mereka melawan team daerah lain?

Supporter team local pasti menunjukan kepada siapa mereka berpihak dengan memakai tanda syal, tato, topi, lencana, kaos tim—mereka ingin menjadi bagian dari tim.

Setiap kita tentu saja adalah “karyawan” dengan menjadi bagian dari sebuah organisasi, tetapi seorang manajer yang dapat memotivasi dengan baik juga akan menjadikan anak buahnya bagian dari team.

Di banyak organisasi, team-team dibentuk dalam departemen– departemen, seperti departemen produksi, departemen penjualan, departemen pemasaran dan sebagainya. Dan pada waktu perasaan memiliki kelompok ini tercipta, manajer yang mampu memotivasi dengan baik akan menciptakan aktivitas-aktivitas ekstra kurikular yang akan menarik anak buahnya bersama-sama.

Dalam kondisi yang cukup prihatin dengan organisasi kai, teori dari Richard Denny sepertinya layak untuk disimak. Banyak diantara teman-teman kai yang masih menginginkan kondisi organisasi kai seperti di tahun 97-an? Tempat kerja yang bersih, atap yang terawat, tembok yang tidak bernoda, lantai yang mengkilap, barang-barang terawat, apel pagi semangat, pertemuan rapat yang bergairah, pakaian seragam yang rapih dan lain-lain kondisi ideal karyawan.

Satu hal yang mempengaruhi itu semua bisa jadi adalah bisa jadi adalah rasa memiliki terhadap organisasi kami yang terpupuk, seluruh karyawan menjadi bagian dari organisasi. Kalau mau bernostalgia, di tahun-tahun itu, hampir seluruh karyawan merasakan ketergantungannya terhadap organisasi

Banyak diantara kami yang tidak begitu dikenal oleh masyarakat saat itu, tapi berkat masyarakat banyak yang datang dan membutuhkan organisasi kami, kami menjadi dikenal. Hal itulah yang mendorong seluruh karyawan merasa ikut memiliki organisasi, peduli terhadap maju mundurnya organisasi, bahkan berani berkorban agar porganisasi kami tetap survival.

Kami masih ingat, arahan Direktur kami saat itu ketika Indonesia menghadapi krisis ekonomi di tahun 97-98an. “Kita harus servive menghadapai krisis ini, semua harus tancut taliwondo, semua karyawan harus peduli dengan melakukan penghematan, efisiensi, disiplin, bekal yang cukup dan lain-lain.”

Tapi saat ini, militansi itu kelihatannya hanya dimiliki oleh sedikit karyawan di organisasi kami. Indikasi itu bisa kami saksikan dengan kehadiran apel pagi yang ogah-ogahan, agenda rapat yang tidak bergairah, barang-barang yang tidak terawat, budaya saling menyalahkan, bahkan inipun berimbas pada pengelolaan praktikan yang perlu ditata lagi.

Rasa memiliki, menjadi barang mahal yang susah didapatkan saat ini. Banyak diantara kami yang mungkin merasa “sudah tidak membutuhkan” terhadap eksistensi organisasi kai. Kalau diibaratkan organisasi kami adalah kapal besar yang sedang diterjang badai, mungkin hanya sedikit orang yang berfikir untuk menyelamatkan kapal besar ini, karena banyak yang merasa sudah memiliki kapal cadangan sendiri, perahu, rakit, pelampung atau apapun yang bisa menyelamatkan dirinya, tanpa peduli bahwa di kapal besar itu masih banyak saudaranya yang tidak mampu menyelamatkan diri bila kapal besar itu keram.

Akhirnya menjadi penting, rasa memiliki organisasi ditumbuhkan lagi. Mengutuk kegelapan tidak ada manfaatnya sama sekali, lebih baik menyalakan lilin adalah alternative terbaik yang dapat kita lakukan.

Profesi kami, sebagai komunitas profesi terbesar di organisasi kai, saatnya berbenah diri untuk memasuki Era Baru Profesi 2009, untuk memikul tanggung jawab menyelamatkan kapal besar, menumbuhkan kembali kepedulian dan rasa memiliki organisasi seperti era 97-an.