Senin, 09 Februari 2009

Rasionalitas: Kasus Rumor McD

Re-Code: Renald Kasali, PhD

Sore hari di tahun 1970-an, seorang penjaga kedai di McDonald mengeluh pada atasannya. Tak seperti biasanya, hari itu kedai McD tampak sepi. Tak ada antrean dan suara anak-anak. Mereka saling bertanya dan manajerpun mulai curiga. Esok paginya orang-orang yang bekerja di sana mulai merasa lebih jelas. Ternyata yang mulai sepi dikunjungi konsumen bukan hanya satu kedai itu saja, melainkan juga kedai-kedai McD lainnya di kota itu.

Sekarang jelas, ada sebuah rumor yang beredar di kota itu yang mengatakan bahwa McD memakai daging cacing, bukan daging sapi. Warnanya sama-sama merah. Hari itu, rumor itu beredar cukup kuat, dan orang-orang yang mendengar beritu itu telah menyampaikan kepada empat sampai delapan orang lainnya. Orang-orang yang mendengar berita itu tiba-tiba menjadi enggan ke McD. Mereka kaget. Seperti orang yang terkena kecelakaan, mereka bengong.

Percayakah masyarakat Amerika terhadap berita itu?
“Saya cuma terkejut,” ucap seorang warga.
Yang lainnya mengatakan begini,”Kayaknya tidak mungkin ya McD memakai daging cacing.”
McDonald bertindak cepat. Di Amerika Serikat orang sangat percaya kepada Badan POM (Pengawas Obat dan Makanan) mereka yang sangat credible yaitu FDA (Food and Drug Administration). FDA dikenal sangat ketat dan mempunyai peneliti-peneliti yang andal serta tidak dapat dibeli. Tak lama setelah itu McDonald’s pun menyebarkan pemflet yang dipasang di kaca-kaca jendela kedai-kedainya. Tulisannya: 100% Pure Beef. Di bawahnya tertera nama endosernya, yaitu FDA.

Amerika memang memiliki kontek yang berbeda dengan kita. Masyarakatnya sangat rasional. Bila ada sebuah informasi yang meragukan, mereka akan kembali akan berfikir, bukan kembali kepada mitos atau stigma seperti kita di sini. Seorang yang melihat pohon pisang mengeluarkan jantung dua buah bukan mencari penjelasan ilmiahnya, melainkan mencari jawaban dari mimpi atau firasat yaitu apakah ini berkah atau pertanda buruk?

Demikian pula bila mendengar gossip atau rumor, orang tidak segera merasionalisasikannya, melainkan menatapnya secara emosional dan penuh curiga. Stigma dan prasangka buruk selalu di kedepankan, orang susah untuk melihat secara rasional dan apa adanya.

Mari kita kembali ke Amerika Serikat yang konteknya berbeda dengan kita itu. Berhasilkan upaya yang mereka lakukan dengan pendekatan rasional? Benar! Mereka berhasil. Terbukti, orang-orang yang ditanya selalu menjawab: “FDA sudah memberi jawaban, dagingnya 100% sapi.” Apakah saudara percaya pada rumor itu? ”Tidak! Mana mungkin daging cacing dipakai oleh perusahaan yang bereputasi tinggi. Lagi pula harga daging cacing lebih mahal daripada daging sapi.”

Minggu, 08 Februari 2009

Pembunuhan Karakter

Niat baik dengan cara yang baik seharusnya tidak akan menjadikan sebuah masalah, seandainya pikiran positif kita yang dikedepankan. Tapi terkadang fakta di lapangan berbicara lain.
Special point of interest Balance bulan yang lalu menampilkan agenda besar perawatan, yaitu Raker Keperawatan yang diikuti hampir 50 orang, bertempat di Wisma Palawi Baturaden. Agenda pun sudah jelas, menyusun Prosedur Tetap Keperawatan yang jumlahnya sangat banyak. Koordinasipun telah dilakukan baik kepada Bidang, Wadir maupun Direktur.
Dan Alhamdulillah, sesuatu yang sangat luar biasa ketika raker itu ternyata selain telah menghasilkan Standar Operating Procedure (SOP) baru sebanyak 140 SOP, tapi juga telah memunculkan ruh baru keperawatan berupa semangat baru, self motivation, kekompakan dan persaudaraan yang kuat.
Tapi bukan sebuah organisasi kalau tidak ada komentar negative. Dengarkan komentar-komentar berikut :
“Perawatan mau lari sendiri, mau maju sendiri apa?”
“Bagaimana sih Kasie Perawatan? Tidak ada Bidangnya malah melakukan kegiatan macam-macam?”
“Kesempatan nih bagi dia untuk mencari muka mumpung tidak ada Kepala Bidang.” dan lain-lain komentar yang cukup panas apabila kita tanggapi.
Tapi biarlah kalimat-kalimat itu berlalu. Toh semua sudah berjalan, dan kita sudah merasakan hasilnya walaupun belum seberapa.
Ada catatan yang disampaikan oleh Renald Kasali, PhD dalam sebuah bukunya Re Code, Beliau menyampaikan sebagai berikut, “Dalam prakteknya, para pendukung perubahan yang memiliki kepemimpinan kuat, biasanya akan menghadapi rangkaian serangan dari kelompok yang tidak mau berubah (the status quo). Yang mereka sebarkan adalah rumor atau gossip yang sifatnya membunuh karakter (character assassination) calon pemimpin itu. Serangan juga akan datang dari para pemimpin yang posisinya terancam dan perannya memudar.”
Lebih jauh Belau menyampaikan, “dalam setiap era transformasi, rumor yang faktanya keliru akan banyak sekali ditemui di lapangan. Adalah biasa sekali, seorang yang berprestasi di bunuh karakternya dan dicarikan cara agar dia dijauhi atasannya, dikucilkan, atau tidak diberi ruang gerak yang bebas untuk berkreasi. Pembunuhan karakter biasanya dilakukan oleh para pengecut yang tidak percaya diri.”
Kata-kata “provokator, memanfaatkan kelompok, ambisius, arogan, sombong, idealis dan lain-lain adalah kata-kata yang masuk dalam kategori pembunuhan karakter itu.
Memang hari ini kami sedang melakukan perubahan. Banyak yang musti dibenahi dari organisasi. Banyak yang harus diperbaiki dalam corporate. Dan satu hal, kita sedang memperbaiki Performa Keperawatan kita. Pelan tapi pasti, perubahan itu akan terjadi, dan bersiaplah kita sebagai profesi yang mandiri dan dihargai.
Maka mengutip kalimat yang disampaikan oleh Renald Kasali di atas, rumor, gossip. Issue bahkan fitnah sangat mungkin akan kita dapatkan di lapangan. Membuat label negative terhadap pembaharuan atau aktornya adalah hal yang mudah dilakukan.
Di sini, saran yang disampaikan oleh Beliau adalah bahwa, organisasi harus mendukung perubahan itu dengan menciptakan iklim organisasi yang sehat, terbuka dan menumbuhkan self convidence orang-orangnya.
Maka di sinilah peran kita semua untuk saling bau membau, saling mendukung, saling menguatkan dan saling melindungi. Tidak sebagai oportunis yang hanya berpihak kepada sesuatu yang hanya menguntungkan dirinya sendiri. Saat enak ramai-ramai untuk berebut di posisi terdepan, tapi saat sulit, semua mengundurkan diri karena tak mau mengambil risiko.