Senin, 11 Januari 2010

Kedewasaan Kita

Tidak mudah memang untuk menjadi dewasa. Butuh waktu, butuh proses dan pasti butuh perjuangan. Seleksi alam telah mengajarkan kepada kita, bagaimana sampai hari ini kita masih bisa survive menjadi manusia. Dari sebuah sel telur dan zygot, membentuk ovum, sampai menjadi janin, lahir sebagai bayi mungil, anak-anak sampai kemudian dewasa seperti sekarang ini adalah sebuah bukti seleksi alam yang luar biasa. Dan kita mampu menghadapinya.

Kalau saja zygot kecil kita dulu kalah dalam bersaing, tentulah kita tidak akan terlahir. Kalau saja janin mungil dulu kita tidak mampu bertahan dalam rahim, tentulah hari ini kita tidak ada di sini. Kalau saja saat bayi waktu itu kita tidak kuat menahan berbagai serangan penyakit, tentu kita juga tidak ada saat ini.

Waktu, proses dan perjuangan panjang telah menghasilkan fenomena fisik diri kita menjadi dewasa. Tapi apakah kedewasaan fisik kita itu serta merta diikuti oleh kedewasaan emosi, kedewasaan pikiran dan kedewasaan spiritual kita? Ternyata tidak.

Orang yang memiliki kedewasaan fisik tidak serta merta emosi, pikiran dan spiritualnya dewasa. Ketiga hal inipun ternyata membutuhkan waktu, proses dan perjuangan yang cukup untuk dapat meraihnya.

Pendidikan formal saat ini, lebih mengedepankan hanya pada aspek fisik dan pikiran (intelektual). Kelulusan dilihat dari seberapa Indek Prestasi yang diraih. Sehingga banyak orang dengan aspek intelektual yang bagus tapi gagal dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Akibatnya kesuksesanpun sulit untuk didapat.

Walaupun dunia pendidikan saat ini sudah mulai memperhatikan soft skill bagi para anak didiknya, tapi pada kenyataannya, soft skill hanya sebagi bekal saja bagi anak didik, bukan sebagai alat ukur yang dapat mempengaruhi Indek Prestasi.

Efek berikutnya, lembaga formalpun banyak yang hanya sekedar melihat ijazah yang dikantongi oleh seseorang, tanpa mau melihat sisi yang lain. Hingga pada masanya, masyarakat baru menyadari dan menyesal setelah dia berinteraksi dan bekerja....

"Ooooo....ternyata tidak kompeten. Tidak sebanding dengan ijazah yang dimiliki."