Kamis, 05 Maret 2009

Toh Tuhan Maha Adil

Ini adalah kisah di Rumah Sakit Internasional, di negeri Antah Barantah. Di rumah sakit itu, terdapat Direktur, empat Wadir, masing-masing Wadir ada dua Bidang. Kaena menerapkan prinsip miskin struktur kaya fungsi, maka eselon empat ditiadakan. Setelah eselon tiga, dibawahnya langsung Pejabat Fungsional.
Penerapan kaya fungsi atau lebih keren dengan istilah Lintas Fungsi, mengakibatkan penyelesaian segala masalah di rumah sakit itu diselesaikan secara "gropyokan". Tanggug jawabnya siapa harus menyelesaikan apa, tidak jelas. Tapi dengan sistem ini, diyakini banyak masalah bisa diselesaikan dengan baik, karena orang dibiarkan untuk hidup bebas, saling membantu dan tolong menolong.
Itu pula yang kemudian, tidak terlihat lagi "mana orang yang memiliki kompetensi dan tidak memiliki kompetensi". Bahkan kalau bisa memanfaatkan orang yang aktif dan produktif, seseorang yang kebetulan memiliki jabatan tinggi, bisa hanya cukup tanda tangan dan membuat laporan terhadap suatu kegiatan, tanpa harus repot-repot turun ke lapangan, mencari solusi, membimbing, memotivasi, menggerakan apalagi mengevaluasi.
Cukup duduk di belakang meja, dan prestrasi........ "lihat saja dari laporan saya!"
Walau begitu, toh Tuhan Maha Adil.........
Pada suatu hari, rumah sakit itu menghadapi masalah yang cukup serius. Semua orang tahu, bahwa masalah yang dihadapi oleh manajemen rumah sakit itu adalah tanggung jawabnya salah satu Wadir di rumah sakit itu. Tapi karena kebiasaan "yang penting tanda tangan," maka ketika menghadapi masalah yang cukup serius itu yang semua orang sebenarnya bisa menunjuk hidung Sang Wadir, maka dengan sigapnya.....hidungnya disimpan. Dan mulailah dengan model lama.....siapa yang salah? dijawab serempak "PERAWAT"

Tidak ada komentar: